Sabtu, 10 Oktober 2015

PEMASARAN JASA


PEMASARAN JASA

A.    Pengertian Jasa
Berikut beberapa pendapat penulis mengenai pengertian jasa :
1.      William J. Stanton (1981: 529)
Service are those separately identifiable, essentially intangible activities that provide want-satisfaction, and that are not necessarily tied to the sale of a product or another service. To produce a service may or may not require the use of tangible goods. However, when such use is required, there is no tranfer of the tittle (permanent ownership) to these tangible goods.[1]
Artinya : Jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud ataupun tidak.
2.      Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner(2000 : 3)
Menyatakan broad definision is one that defines service “include all economic activities whose output is not a physical product or construction, is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in form (such as convenience, amusement, timeliness, comfort, or health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser.[2]
Artinya : Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk, dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud.


3.       
3.      Kotler dalam Lupiyoadi (2014:7)
Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan apapun.
4.      Djaslim Saladin
Jasa merupakan kegiatan atau suatu manfaat yang tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya.
Selanjutnya, harus dibedakan antara service dan customer service, pengertian service adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Sementara customer service adalah jasa atau layanan yang diberikan kepada konsumen dalam hubungan dengan produk tertentu. Misalnya layanan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan konsumen, mencari pesanan, mengatasi keluhan-keluhan, perbaikan-perbaikan reparasi, melayani pembeli di toko oleh pramuniaga dan sebagainya. Biasanya tak ada pembayaran yang dibebankan pada konsumen untuk customer service ini.
B.     Karakteristik Jasa
Jasa ini banyak macamnya, mulai dari salon kecantikan sampai kepala armada angkutan laut, dari taman hiburan rakyat sampai taman dunia fantasi, dari mess sampai ke hotel berbintang, dan lain sebagainya. Leonard L Berry mengemukakan ada 3 karakteristik jasa yaitu :
1.      Lebih bersifat tidak berwujud daripada berwujud (more intangible than tangible)
Benda atau barang yang dibeli dan digunakan sehari-hari adalah sebuah objek, sebuah alat, atau sebuah benda (a good is an object, a device, or a thing). Sedangkan jasa merupakan perbuatan, penampilan atau sebuah usaha (a service is deed, a performance, and effort)[3]. Bila membeli suatu barang, maka barang tersebut dipakai atau ditempatkan pada suatu tempat. Tapi bila membeli jasa, maka pada umumnya tidak ada wujudnya.



Bila uang sudah dibayarkan untuk membeli jasa, maka pembeli tidak memperoleh tambahan benda yang dapat dibawa ke rumah. Jasa dikonsumsi tetapi tidak dimiliki (service are consumed but not susessed). Walaupun penampilan jasa diwakili oleh wujud tertentu, misalnya mobil dapat mewakili jasa yang ditawakan oleh taksi, namun esensi jasa yang dibeli itu adalah penampilan.
Konsep tidak berwujud ini, mempunyai dua arti yang kedua-duanya merupakan tantangan bagi barketing, yaitu:
a.       Sesuatu yang tidak dapat disentuh, tidak dapat dipahami
b.      Sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, tidak mudah diformulasikan (New world Dictionary of the American Language, 1974: 731). Untuk memasarkan jasa ini diperlukan pemikiran yang lebih jauh bagi para pelaksana dibandingkan dengan pemasaran barang[4].
2.      Produksi dan konsumsi berjalan serempak (simultaneous production and consumption)
Pada umumnya, barang diproduksi dulu kemudian dijual dan dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya dijual dulu, kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara serempak. Dikatakan produksi dan konsumsi berjalan serempak artinya di penghasil jasa, sering hadir secara pisik, pada waktu konsumsi berlangsung, seorang penyanyi harus hadir, atau tampil di atas panggung memproduksi jasa menyanyi, dan hadirin mengkonsumsinya, menikmati lagu yang ia nyanyikan, seorang dokter gigi harus hadir dekat pasien pada waktu mengobati gigi, pramugari hadir di atas peswat pada waktu melayani para penumpang.
3.      Kurang memiliki standarisasi dan keseragaman (less standarized and uniform)
Industri jasa cenderung dibedakan berdasarkan orang (people based) dan berdasarkan perlengkapan (equipment based). Implikasi dari perbedaan ini ialah “outcomes” atau hasil jasa berdasarkan orang (people based) jasa kurang memiliki standarisasi dibandingkan dengan outcomes dari jasa yang berdasarkan perlengkapan (alat). Dengan kata lain, jasa yang memakai pelayanan orang, memiliki tingkat variabilitas. Tergantung pada orangnya, dan tingkat perbedaan ini tidak ada pada jasa yang dilayani oleh mesin. Ini merupakan pertimbangan penting bagi industri jasa yang menggunakan banyak tenaga orang.
Potensi keanekaragaman jasa yang dilayani oleh tenaga orang ini sangat terkenal di masyarakat. Sedangkan para konsumen selalu mengharapkan adanya kesamaan seperti seseorang yang ingin merasakan rasa makanan yang sama seperti yang pernah ia cicipi. Demikian pula halnya dalam usaha potong rambut (salon). Orang selalu bercermin dulu mematut rambut, sebelum tukang pangkas menyatakan selesai. Outcomes dari potong rambut ini tidak pasti dan masih diperlukan perubahan lainnya, masih minta potong ini, potong itu, walaupun yang bersangkutan sudah berlangganan lama.
C.    Macam-macam Jasa
Menurut Paul D. Converse, macam-macam jasa adalah sebagia berikut:
1.      Personalized Service
Jasa ini sangat bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang menghasilkan jasa tersebut. Personalized services dapat digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu :
a.      Personal services
Yang dimaksud dengan personal services oleh U.S Census of Business didefinisikan, “personal services as establishments primarily ingaged in providing service generally barbershops, beuty shops, cleaning plants, laundries, photographic,”. Personal services ialah jasa yang sangat mengutamakanpelayanan orang dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, loundry, foto[5]. Yang sangat perlu diperhatikan dalam marketing jasa seperti ini adalah:
1)      Lokasi yang baik
2)      Menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik
3)      Nama baik yang bersangkutan.
Marketingpersonal services dilakukan dengan cara sebagai berikut. Orang-orang yang memiliki profesi dalam marketing approachnya biasanya menunggu langganan. Jika memuaskan langganan yang pernah datang akan kembali lagi dilain waktu. Jadi yang penting disini ialah harus adanya reputasi yang baik. Produsen jasa ini harus mempunyai banyak kenalan dan memasuki berbagai organisasi di masyarakat.
b.      Profesional Services
Profesional services memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Memiliki kode etik formal dan diterima oleh anggota-anggotanya
2)      Ada pengawasan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap standar yang telah ditetapkan
3)      Memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggota, sepertipendidikan, pengalaman, lama latihan, dan penampilannya.
4)      Anggota yang diterima secara penuh, diberikan sertifikat khusus
5)      Mendahulukan kepentingan langganan atau pasien[6]
Beberapa puluh tahun yang lalu, jasa profesional hanya meliputi tiga bidang, bidang pengobatan, hukum dan akuntansi. Sejak 1960an, istilahprofesional sudah diperluas dengan, arsitektur, teknik, keuangan, konsultan, manajemen, marketing, pendidikan, pidato, administrasi kesehatan.
c.       Marketing bussiness service
Dalam marketing bussiness service ini seperti usaha akuntansi dan biro-biro konsultan lain, sistem marketingnya juga agak bersifat tidak langsung. Mereka lebih senang diundang oleh langganan-langganan baik untuk memberikan jasa-jasanya. Undangan ini diharapkan akan membuat suatu hubungan baru dimana diadakan pembicaraan-pembicaraan, mengenai usaha/perdagangan.
Mereka biasanya membatasi advertising dan lebih praktis mereka membuat kartu nama dan pengumuman-pengumuman.
2.      Financial Services
Financial Services terdiri dari:
a.       Banking services (Bank)
b.      Insurance services (Asuransi)
c.       Investment Securities (Lembaga penanam modal)
3.      Public Utility and Transportation Services
Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan listrik, air minum. Para pemakainya terdiri dari :
a.       Domestic customer (Konsumen lokal)
b.      Commercial and office (perkantoran dan perdagangan)
c.       Industrial user (industri)
d.      Municipalities (kota praja, pemda)
Sedangkan dalam transportasi services ialah meliputi : angkutan, kereta api, kendaraan umum, pesawat udara dan lain sebagainya. Pelayanan disini ditujukan untuk angkutan penumpang dan angkutan barang.
4.      Entertainment
Orang yang mempunyai usaha ini bisa memperoleh pendapatan yang besar karena mereka bisa mempengaruhi masyarakat melalui advertising. Yang termasuk ke dalam kelompok ini ialah: usaha-usaha di bidang olahraga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode marketing yang dipakainya ialah sistem penyaluran langganan dimana karcis dijual di loket-loket. Meskipun ada karcis yang dijual melalui perantara-perantara, tetapi ini hanya dalam keadaan yang luar biasa.
5.      Hotel Services
Hotel bukan merupakan suatu objek pariwisata melainkan merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan, maka dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro, agar dapat menjadi daya tarik dari daerah yang bersangkutan[7].



Bentuk jasa non profit lainnya
1.      Organization Marketing, artinya mengenalkan, mempopulerkan nama organisasi ke masyarakat agar lebih mudah memperoleh dana, seperti mengenalkan nama Yayasan Yatim Piatu di televisi, mengenalkan nama Lembaga Pendidikan dan sebagainya.
2.      Person Marketing, artinya mencipakan persepsi, sikap tertentu terhadap tokoh atau person tertentu, misalnya tokoh politikus, calon presiden, konsultan, olahragawan, artis, guna mengangkat pamor atau reputasi mereka.
3.      Place Marketing, yaitu memasarkan lokasi, tempat-tempat tertentu. Misalnya Bussiness Site Marketing, yaitu tempat-tempat yang cocok untuk perkantoran, perdagangan, pabrik, gudang dan sebagainya.
4.      Vacation Marketing, artinya memasarkan daya tarik dari kota, atau provinsi. Pemasarannya dilakukan melalui travel biro,airlines, hotel dan sebagainya. Misalnya Kota Bandung dipromosikan sebagai kota Perguruan Tinggi, seni, wisata dengan penduduknya yang ramah.
5.      Idea Marketing, artinya memasarkan/mengkampanyekan ide untuk kepentingan masyarakat, seperti ide Keluarga Berencana, ide kebersighan kota seperti Bandung Berhiber (Bersih, Hijau, Berbunga), ide jangan merokok, anti narkotik, dan sebagainya.
6.      Social Marketing, artinya mengkampanyekan agar social idea dapat diterima oleh masyarakat luas atau oleh kelompok-kelompok tertentu. Misalnya kampanye tentang gizi, imunisasi, anti alkohol, kebersihan, keamanan, polusi, ayo sekolah, hemat energi, sopan santun di jalan, anti sopir maut, dan sebagainya. Social marketing bukan berarti kapanye advertising saja, tapi harus menerapkan kombinasi marketing mix yang paling sesuai, agar lebih berhasil mnecapai sasaran[8].


D.     
A.    Sifat-sifat Khusus Pemasaran Jasa
1.      Menyesuaikan dengan selera konsumen
Pengusaha angkutan bus, taksi, sekarang ini harus memperhatikan servis dan selera konsumen, jika tidak diperhatikannya, maka orang tak mau naik kendaraannya, bus sudah reok, mogok, kotor, di kota besar tidak akan ditumpangi orang daan mobil tersebut harus minggir ke luar kota. Demikian pula kereta api dan pengusaha penerbangan, mereka mencoba meningkatkan servis.
Kualitas jasa yang ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa, menurut istilah Richard Chase (1978: 137) disebut “High Contact” (kontak tinggi)[9]. Pada usaha jasa yang memakai banyak tenaga orang harus diberikan perhatian khusus terhadap mutu penampilan orang tersebut.
2.      Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan penduduk
Makin maju sebuah negara, makin banyak permintaan akan jasa. Hal ini sehubungan dengan hierarki kebutuhan manusia yang hanya membutuhkan terpenuhinya kebutuhan fisik, seperti makanan, minuman, pakaian, kemudian menginjak kebutuhan yang abstrak, yaitu kebutuhan akan jasa.
Masyarakat kita masih belum banyak memakai jasa, karena tingkat pendapatan belum merata. Belum banyak masyarakat kita yang bepergian ke Bali, Danau Toba, dan sebagainya untuk melihat objek wisata, karena sebagian besar masyarakat kita masih dalam taraf memenuhi kebutuhan fisik utama.
3.      Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan
Jasa diproduksi bersamaan dengan waktu konsumsi, jadi tidak ada jasa yang dapat disimpan. Jika tempat duduk dalam bis yang berangkat dari Bandung ke Jakarta tidak terisi, maka berarti suatu kerugian bagi pengusaha bis. Tempat duduk yang lowong tersebut tidak dapat dijual besok karena besok ada lagi kegiatan pemasaran baru.
4.      Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud (perlengkapannya)
Jasa sifatnya tidak berwujud, karena itu konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang memberi layanan, sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan. Misalnya jasa angkutan bis, dinilai oleh konsumen dari keadaan bis, merek bis, nama baik bis, kebersihan, dan sebagainya. Tugas utama pengusaha jasa ialah mengelola benda berwujud tersebut agar memberikan jasa yang memuaskan. Restoran atau rumah makan menjaga kebersihan meja dan lantai diberi dekorasi menarik, kantor konsultan dengan kantor biro perjalanan, diatur sedemikian rupa sehingga memberi kesan bonafit.
5.      Saluran distribusi dalam marketing jasa tidak begitu penting
Saluran distribusi dalam marketing jasa tidak merupakan hal yang penting karena pada umumnya dalam marketing jasa perantara tidak digunakan. Tetapi, ada tipe jasa tertentu dimana agen-agen perantara dapat digunakan; misalnya dalam perdagangan saham obligasi, angkutan dan sebagainya melalui biro penyaluran.
Terkadang daya tarik terhadap jasa ditawarkan dapat dicapai dengan cara menyalurkan jasa tersebut melalui lembaga usaha yang sudah terkenal. Seperti bengkel-bengkel mobil mengaitkan penyaluran jasanya melalui dealer mobil.
6.      Beberapa Problema Pemasaran dan Harga Jasa
Kebutuhan terhadap pelayanan dokter-dokter spesialis sangat terasa di daerah kota daripada di pedesaan. Di kampung orang cukup mengandalkan tenaga mantra kesehatan atau dukun. Faktor pendidikan masyarakat juga mempunyai peranan penting. Misalnya, bank menawarkan jasa seperti tabungan masyarakat, tapi masyarakat sendiri belum mengerti apa manfaatnya menabung. Walaupun penghasilan penduduk meningkat, tapi tidak diinformasikan kepada masyarakat faedah menabung, maka masyarakat akan tetap menyimpan uangnya di bawah bantal ataupun dibelikan perhiasan.
Kemudian masalah harga dari jasa, sangat banyak ditentukan oleh orang atau lembaga yang menghasilkan jasa. Seperti dokter spesialis, walaupun tarifnya sudah diatur oleh pemerintah, namun dokter terkenal, banyak dikunjungi oleh pasien yang punyak uang, dan tarifnya cukup tinggi bagi masyarakat jasa.
Hotel kelas satu, tiket kapal kelas satu, sangat berbeda harga dan pelayanan dengan kelasnya lainnya. Jadi, harga jasa ditentukan pula oleh pelayanan yang diberikan oleh para produsen jasa.
Ada pula harga jasa, ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti penetapan tariff bis kota atau bis antar kota, tariff kereta api, tarif air ledeng, dsb. Pemerintah memegang monopoli pada jasa-jasa tertentu, dan menetapkan kebijaksanaan harga apakah dalam bentuk ceiling price (harga tertinggi) ataupun floor price (harga terendah), sesuai dengan daya beli konsumen.
B.     Menilai Usaha Marketing Sendiri (Marketing Audit)
A marketing audit is a “systematic, critical and impartial review and appraisal of the marketing operation, of the basic objective and policies of the operation and the assumptions which underline them as well as of the procedurs, personnal and organization employed to implement the policies and achieve the objective”[10]. Tujuan dari audit ini adalah untuk menentukan prognosa dengan diagnosa. Marketing audit membuat pencegahan sebagaimana halnya makan obat untuk penyembuhan sakit marketing.
Kriteria yang menentukan suatu marketing audit yang baik . Kotler mengemukakan ada empat kriteria marketing audit yang baik.
1.      Dilakukan secara periodil
Banyak penilaian usaha marketing hanya dilakukan pada saat-saat kritis saja, misalnya pada saat penjualan merosot, atau pada waktu persaingan sudah meningkat. Agar dapat memperoleh manfaat dari audit, maka audit ini seharusnya dilakukan secara periodik, dalam waktu tertentu secara teratur.
2.      Harus secara komprehensif
Penilaian usaha marketing dilakukan terhadap suatu aspek saja, memiliki kelemahan, karena tidak dapat melihat kelemahan dari segi lain, sedangkan usaha marketing ini banyak aspeknya. Oleh sebab itu, penilaian marketing ini harus dilakukan secara menyeluruh, misalnya terhadap selera masyarakat, terhadap langganan tertentu, penetapan harga, staf personil, sistem pembayaran, dan sebagainya.
3.      Prosedur sistematis
Disarankan dalam melakukan penilaian dibuat secara tertulis, karena bersifat sistematis, dan dapat di analisis lebih lanjut. Hasilnya dapat dibandingkan dengan penilaian marketing masa lalu, secara tepat dan efisien.
4.      Objektif
Ada baiknya penilaian dilakukan oleh orang luar, guna memperoleh hasil yang objektif, disamping penilaian yang dilakukan sendiri. Maksudnya untuk memperoleh bahan perbandingan.

C.    Hukum Engel
1.      As income increases, a smaller percentage is spent on food.
2.      As income increases, the percentage spent on clothing remains approximately the same.
3.      As income increases, the percentage spent for rent, feul, and light remains invariably the same.
4.      As income increases, the percentage spent for miscellaneous items (such as recreation, amusements, education, and religion) increases.[11]
Artinya:
1.      Jika penghasilan bertambah, maka presentase lebih kecil dibelanjakan untuk makan.
2.      Jika penghasilan bertambah, maka presentase yang dibelanjakan untuk pakaian, kira-kira tetap sama.
3.      Jika penghasilan bertambah, maka presentase yang dibelanjakan untuk sewa bahan bakar dan penerangan, kira-kira tetap sama.
4.      Jika penghasilan bertambah, maka presentase yang dibelanjakan untuk keperluan lain-lain naik, seperti untuk rekreasi, pendidikan da keperluan keagamaan, serta adat-istiadat.
Hasil penelitian Ernest Engel ini menjadi bahan diskusi pada masa-masa selanjutnya, dan menyebabkan orang berusaha mengadakan penelitian lebih jauh. Akhirnya orang berkesimpulan bahwa poin 1 dan 4 bisa dianggap berlaku umum untuk semua keluarga, namun poin 2 dan 3 berbeda-beda dalam pelaksanaannya.
Implikasi hukum engel terhadap pemasaran jasa ialah makin tinggi pendapatan masyarakat, makin meningkat kemakmuran, maka makin meningkat pula permintaan terhadap jasa. Suatu kecenderungan umum apabila pendapatan meningkat, makin banyak waktu santai dan banyak jasa yang dibeli.

D.    Studi Kasus Pemasaran Jasa
Suatu hari saya mengunjungi cabang Tunjungan Plaza karena ada keperluan perbankan yang mana saya “disarankan” untuk hadir di temapat tersebut. Pelayanan nya sungguh dan friendly, tanpa ada kesan berlebihan . Terkesan memang prosfesional sekali cara memenuhi personal need . Sekalian di situ saya ditawari untuk mengganti Citycard (kartu ATM) saya dengan yang baru dan tidak ada biaya tambahan. Karena gratis saya OK kan saja, asalkan kartunya bisa langsung di pakai saja. Selain itu saya juga ditawari untuk setting Citybank Online saya yang perlu diset di cabang untuk aktivasi internet bankingnya – dan hari itu juga bisa aktif.
Sayang.. dua hal ini ternyata hanya janji, karena ternyata Citycard saya kena beban biaya, tidak sesuai dengan penjelasan di awal dan ternyata Citycard nya tidak sapat langsung digunakan kaerna harus menunggu batch run pada malam harinya dan besoknya baru  bisa “ON”. Padahal diawalnya dijanjikan langsung bisa digunakan. Aktivasi internet banking pun ternyata tidak bisa “same day” service. Costumer service person yang melayani saya ternyata tidak sepenuhnya memahami proses bisnis nya sehingga pada saat konfirmasi di Cityphone, dinyatakan bahwa setting internet bbanking baru bisa dibuka keesokan harinya.
Pada kasus diatas penulis sudah salah memprediksi jasa (predecive service) karena apa yang seharusnya diyakini pelanggan tersebut benar-benar dibpenuhi oleh perusahaan tetapi nyatanya perusahaan jasa keuangan tersebut tidak dapat memenuhi semua janji nya yang telah ditawarkan kepada pelanggan nya tersebut. Selain itu pada contoh kasus diatas terdapat beberapa kesenjangan, antara lain
Analisis :
1.      Kesenjangan penyerahan; dimana perbedaan antara standart penyerahan yang ditentukan dan kinerja penyediaan jasa yang sesungguhnya
2.      Kesenjangan komunikasi internal; perbedaan antara apa yang dianggap oleh tenaga penjual perusahaan tersebut ebagai fitur produk, kinerja dan apa yang benar-benar dapat diserahkan oleh perusahaan
Solusi :
Solusi dari kasus diatas sebaiknya perusahaan keuangan jasa harus lebih memperhatikan 5 dimensi kualitas yang ada antara lain;
1.      Kehandalan (reliability); jadi perusahaan harus bisa diandalkan dalam memenuhi apa yang dijanjikan dari waktu ke waktu, seperti contoh pembuat kartu ATM dan lain sebagainya.
2.      Keberwujudan (tangiable); jadi perusahaan lebih memperhatikan fasilitas-fasilitas yang terlihat fisik baik mulai dari karyawan nya serta komunikasi penyedia jasa keuangan tersebut.
3.      Daya Tanggap (responsiveness); perusahaan harus mampu memliki daya tanggap yang baik seperti memberikan jasa yang cepat serta akurat sehingga pelaanggan tidak merasa kecewa
4.      Jaminan (assuurrance); perusahaan harus mampu memberikan jaminan, jangan seperti kasus diatas tadi yang hanya memeberikan janji tetapi tidak ada jaminan apakah ATM tersebut bisa langsung digunakan atau tidak
5.      Empati (empathy); perusahaan harus memberikan perhatian khusus kepada pelanggan apabila ada permasalahan sekecil apapun harus segera memberikan respon yang baik
Kelima dimensi ini harus diperhatikan oleh perusahaan jasa keuangan tersebut, sebab dengan kelima dimensi ini dapat menjadi faktor penting di dalam penilaian kualitas jasa oleh pelanggan.





BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak berwujud, dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat). 3 karakteristik jasa yaitu : lebih bersifat tidak berwujud daripada berwujud, produksi dan konsumsi berjalan serempak, kurang memiliki standarisasi dan keseragaman. Menurut Paul D. Converse, macam-macam jasa ada 5 yaitu,personalized service, financial services, public utility and transportation services, entertainment, hotel services.Sifat khusus dari pemasaran jasa antara lain: menyesuaikan dengan selera konsumen, keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan penduduk, pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan, mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud (perlengkapannya), saluran distribusi dalam marketing jasa tidak begitu penting. Untuk menilai suatu keberhasilan usaha jasa, kita bisa melakukan marketing audit sendiri.
B.     Saran
Apabila pembaca hendak membuka usaha jasa atau hendak melakukan pemasaran jasa, sebaiknya pembaca terlebih dahulu mengetahui apa itu jasa, bagaimana karakteristik jasa, macam-macam jasa, sifat-sifat khusus dari  pemasaran jasa. Pembaca juga harus mengetahui cara melakukan penilaian sendiri terhadap usaha jasa, agar pembaca bisa mengerti apakah marketing yang dilakukan sudah memberikan hasil? Perlu dilihat apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, apa yang dapat dilakukan, apa yang harus mungkin dilakukan, guna meningkatkan dan mempertahankan langganan yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA

·         Alma, Buchari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.           (Bandung:Alfabeta)
·         Bobsusanto. 2015. 6 Pengertian Jasa Menurut Para Ahli.
Diambil dari : www.spengetahuan.com (27 Oktober 2017)
·         Christanto, Andreas. Contoh Kasus Dalam Pemasaran Jasa.
Diambil dari : andreaschristanto-pemasaranjasa.blogspot.co.id (27 Oktober 2017)
·         Dedek K. Gultom, Paham Ginting dan Beby KF Sembiring. 2014. Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan : Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol. 14, No.1


[1] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.243
[2] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.243
[3] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.244
[4] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.245
[5] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.247
[6] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.248
[7] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.249
[8] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.250
[9] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.251
[10] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.254
[11] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2007), hlm.255